Filipina: Raja Pisang Asia Tenggara
Filipina adalah rajanya pisang di Asia Tenggara atau ASEAN. Negeri ini memiliki kapasitas produksi pisang terbesar. Selain itu, Filipina juga eksportir pisang terbesar di Asia Tenggara, juga masuk sebagai salah satu eksportir pisang terbesar di dunia.
Pexels.com/Engin Akyurt |
Pisang adalah buah yang berasal dari kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di wilayah ini, ada beberapa negara yang masuk sebagai negara penghasil pisang terbanyak di dunia.
Negara-negara itu adalah India, Indonesia dan Filipina. Tiga negara itu masuk dalam daftar 10 negara penghasil pisang terbanyak di dunia. Tapi dari tiga negara tersebut, Filipina adalah negara yang melakukan ekspor dalam skala besar.
Baik India atau Indonesia juga melakukan ekspor pisang, tapi kalah jauh jika dibandingkan dengan Filipina.
Di Filipina, sistem pertanian pisang telah mencapai taraf modern. Filipina sendiri juga terkenal tidak hanya sebagai eksportir pisang, tapi juga sebagai eksportir serat alam yang berasal dari pisang abaka.
Berikut ini adalah penjelasan bahwa Filipina layak dijuluki sebagai raja pisang dari Asia Tenggara.
Filipina Negara Penghasil Pisang Unggul
pexels.com/Vanesa Loring |
Mirip dengan Indonesia, Filipina adalah negara yang terbentuk dari pulau-pulau. Di negara tersebut, sebagian besar iklimnya adalah tropis dan buah pisang dapat tumbuh dengan subur dengan iklim tersebut.
Jika di Indonesia sebagian besar produk pisangnya digunakan untuk memenuhi pasar dalam negeri, di Filipina pisang telah menjadi produk unggulan yang dijual untuk komoditas ekspor. Bahkan hasil dari pisang sekitar 10 persen dari PDB pertanian.
Pisang Filipina banyak diekspor ke China, Jepang, Malaysia, juga ke negara-negara lainnya.
Perubahan radikal petani pisang
Sebelum tahun 1990-an, petani pisang di Filipina belum seperti ini. Saat itu perusahaan-perusahaan multinasional mendominasi. Masyarakat Filipina sebagai pekerja, tidak terlalu diuntungkan. Akhirnya, mereka melakukan perjuangan.
Mereka tidak menuntut perbaikan upah tapi mencari jalur lain yang lebih radikal. Jalur tersebut melalui undang-undang reformasi agraria. Perlu perjuangan keras untuk dapat mewujudkannya.
Para petani berusaha melawan perusahaan yang sebelumnya adalah majikan mereka sendiri. Dibantu dengan organisasi yang militan dan sumber daya membentuk koperasi, mereka akhirnya mampu melakukan perubahan dan membentuk undang-undang reformasi agraria.
Dengan undang-undang tersebut, kepemilikan perkebunan pisang berpindah dari perusahaan multinasional ke tangan rakyat Filipina.
Perjuangan untuk memiliki perkebunan pisang dari perusahaan multinasional, dilakukan dengan beberapa gerakan seperti demonstrasi mengandalkan puluhan ribu pekerja perkebunan. Bahkan setelah mereka berhasil, perjuangan masih diperlukan untuk melakukan kerja sama lewat negosiasi antara koperasi petani Filipina, dengan pembeli.
Wilayah Produksi Pisang
Pixabay.com/Hans |
Populasi penduduk Filipina lebih dari 100 juta orang. Produk pertanian dari penduduk mencapai 8,8 persen PDB secara nasional. Pisang adalah satu produk yang menyumbang besar terhadap PDB tersebut.
Total wilayah garapan perkebunan pisang di Filipina, mencapai sekitar setengah juta hektar. Sebagian besar wilayah utama perkebunan pisang berada di bagian selatan Filipina, yang berdekatan dengan Maluku Utara atau Sulawesi Utara.
Tiga wilayah utama adalah Davao, Mindanao Utara, dan Soccskargen. Tiga wilayah itu, pada tahun 2018 lalu menghasilkan 84 persen dari total produksi pisang Filipina.
Jenis pisang yang dibudidayakan
Sebagai salah satu negara penghasil pisang terbanyak di dunia, jenis atau varietas pisang yang ditanam adalah Cavendish. Jenis ini adalah jenis yang paling dominan, yakni lebih dari 90 persen pisang komoditas ekspor dunia adalah Cavendish.
Total jenis Cavendish mencapai 53 persen dari semua pisang yang diperdagangkan. Sedangkan sisanya adalah pisang jenis Saba (Kepok) sebanyak 28 persen dan pisang Lakatan sekitar 10 persen.
Untuk kultivas Cavendish, ada berbagai ukuran yang ditanam di perkebunan. Itu digunakan untuk keperluan pasar domestik dan ekspor. Dalam jumlah kecil, itu juga dijual untuk konsumsi rumah tangga, dan ekspor sebagai pisang organik.
Koperasi Para Petani
Pexels.com/Ryutaro Tsukata |
Kemajuan produksi pisang di Filipina, tidak terlepas dari perang koperasi yang bernama FARMCOOP. Koperasi ini organisasi nirlaba yang didirikan para 1995 untuk mengawal reformasi hukum agraria dan membantu para petani kecil.
Saat ini, lebih dari 6000 petani telah dibantuoleh organisasi tersebut. Lahan yang juga dipantau lebih dari 10.000 hektar. Petani yang dibantu tidak hanya yang menanam pisang, akan tetapi juga kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao dan sayuran yang ditanam untuk pemenuhan pasar lokal dan global.
FARMCOOP sendiri juga membawai banyak koperasi lainnya, yakni koperasi-koperasi para petani susuai dengan tanaman yang mereka budidayakan.
Secara umum, para petani pisang dalam skala kecil, antara 2 hingga 20 hektar, mereka menjual pisang produksinya ke perusahaan multinasional untuk diekspor. Tapi tak sedikit juga, mereka menjual langsung kepada para pedagang.
Para petani yang lebih kecil lagi, yang menanam di kebun sekitar rumah, hasilnya digunakan untuk berbagai tujuan. Bisa jadi untuk dijual di pasat lokal atau untuk kebutuhan makanan. Jadi untuk petani jenis ini, pisang yang ditanam beragam kultivarnya. Kadang disesuaikan dengan kondiri cuaca dan hama di daerah tersebut.
Serangan Hantu Fusarium
Pexels.com/Julia Volk |
Masalah utama dari perkebunan pisang adalah hama layu fusarium. Penyakit ini pernah menghancurkan dan hampir memusnahkan pisang Big Michael, pendahulu pisang Cavendish. Di Filipina, para petani juga pernah diserang oleh hama tersebut.
Meski Cavendish awalnya disebut tahan terhadap penyakit, tapi seiring berjalannya waktu pisang jenis itu juga dapat terkena penyakit. Filipina merasakanya pada tahun 2005. Dampak hama itu sangat hebat dan mempengaruhi petani besar maupun petani kecil yang menanam Cavendish.
Penyakit yang kadang disebut TR4 itu, telah menurunkan produksi pisang secara signifikan. Pada tahun 2013, asosiasi petani pisang di Mindanao yang mewakili petani skala kecil untuk pasar ekspor, mengatakan ada ribuan hektan lahan pisang yang terserang penyakit tersebut. Bahkan sekitar 3.000 hektar lahan terlah ditinggalkan karena tanahnya terkontaminasi hama TR4.
Serat dari Pisang
Selain buah, Filipina adalah raja serat pisang. Di Filipina, ada jenis pisang yang bernama Abaka atau Musa textilis. Pisang ini pelepahnya digunakan untuk bahan baku tekstil dan bahan baku lainnya.
Produk dari serat pisang alami tersebut, juga kadang dibuat untuk menjadi tali kapal karena kekuatannya yang tidak terbantahkan.
Bahkan dalam beberapa inovasi modern, perusahaan otomotif juga sudah mulai membeli serat pisang Abaka dari Filipina, untuk dijadikan sebagai bahan baku penguat untuk produknya agar lebih alami. Serat pisang itu digunakan sebagai jok mobil atau bagian interior kendaraan.
Posting Komentar untuk "Filipina: Raja Pisang Asia Tenggara"