Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berperang Melawan Kulit Pisang

Kulit pisang pada suatu waktu pernah jadi hal yang menyebalkan dan membuat orang Amerika Serikat menderita. Perang melawan kulit pisang pun dikumandangkan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Perang itu dipimpin oleh seorang lelaki yang kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat.

kulit pisang, perang melawan kulit pisang, terpeleset kulit pisang, pisang
(Pexels.com/Amy Lane)

Kita sering melihat lelucon di televisi, di film atau di hiburan apa pun yang sering melibatkan kulit pisang. Benda satu ini sering ditampilkan membuat orang terpeleset untuk membuat penonton tertawa.

Lelucon itu, entah bagaimana bagi sebagian orang dianggap lucu. Tapi mungkinkah dalam dunia nyata seseorang benar-benar dapat terpeleset kulit pisang?

Tentu saja! Seseorang di dunia nyata memang dapat jatuh karena terpeleset kulit pisang. Itu karena kulit pisang tersebut mengandung gel folikel polisakarida.

Saat kulit pisang terinjak oleh seseorang, gel folikel polisakarida itu akan bergesekan yang berubah menjadi campuran homogen dan berperan seperti pelumas. Maka orang yang menginjaknya dapat terpeleset dan jatuh.

Meski menginjak kulit pisang dapat membuat orang terpeleset dan jatuh, tapi kejadian seperti itu pada saat ini jarang ditemui. Jika seseorang terpeleset kulit pisang, itu sebenarnya dia memang bernasib sial saja.

Namun, pada suatu era di Amerika Serikat, pemerintahan di negara itu berjuang habis-habisan melawan kulit pisang. Bahkan perjuangan mereka dapat disebut "berperang" karena kulit pisang sering menimbulkan petaka bagi orang-orang AS.

Bagaimana itu terjadi? Silakan kisanak simak artikel ini sampai tuntas.

Pertama kali Amerika Serikat mengenal pisang


Perlu dipahami lebih dahulu bahwa pisang itu tidak pernah ada di wilayah lain sebelumnya selain di Indocina dan Asia Selatan. Ini adalah buah tropis yang khas dan nikmat bagi berjuta umat.

Para pedagang, penjelajah dan penjajah adalah elemen penting yang memiliki peran aktif dalam menyebarkan buah pisang tersebut ke segala penjuru dunia.

Di benua Amerika, orang Spanyol membawa bibit pisang dari Kepulauan Canary ke Amerika Tengah, di sekitar wilayah yang saat ini bernama Panama, Jamaika, Honduras dan lainnya. Itu terjadi sekitar abad ke-15 dan abad ke-16.

Di wilayah Amerika Tengah ini, pisang kemudian berkembang dan berpinak. Beberapa bahkan didomestifikasi dalam perkebunan skala kecil.

Baru kemudian pada abad ke-19, tepatnya pada tahun 1870 seorang lelaki bernama Lorenzo Dow Baker membawa pisang yang telah dia beli di Jamaika untuk dijual di dermaga Boston. Setelah itu, Amerika Serikat baru mulai mengenal pisang.

Bandingkan dengan Indonesia misalnya. Di negeri ini, pisang telah umum dikenal masyarakat. Terbukti, pisang menjadi salah satu ornamen di relief candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-7 dan ke-8.

Sekitar seribu tahun setelah Borobudur berdiri, baru orang-orang Amerika Serikat yang saat ini mengaku modern itu, mengenal buah pisang atau buah surga.

Impor pisang Amerika Serikat


Lorenzo Baker segera menyadari bahwa pisang yang ia bawa dari Jamaika, menjadi salah satu komoditas baru yang menarik dan menguntungkan.

Ia menjualnya kepada grosir-grosir lokal dan segera buah pisang menjadi populer karena dianggap buah yang eksotis dengan rasa yang memikat.

Bake kemudian bekerja sama dengan mitranya yang bernama Andrew Preston mendirikan Boston Fruit Company. Perusahaan ini memiliki peran sentral dalam mengenalkan dan mempopulerkan pisang di Amerika Serikat.

Pada waktu yang hampir bersamaan, ada proyek pembangunan jalur kereta api di Kosta Rika. Orang yang bertanggung jawab dalam proyek itu adalah Minor Cooper Keith. Dia banyak menanam pisang di sepanjang pinggiran rel untuk menyediakan makanan murah bagi pekerjanya.

Beberapa tahun kemudian, Baker, Preston, dan Keith akhirnya bertemu dan membangun kerja sama dengan mendirikan United Fruit Company pada tahun 1898.

Perusahaan itu adalah pengimpor buah pisang utama di Amerika Serikat. Mereka menguasai 80 persen pangsa pasar buah pisang. Perusahaan bahkan dapat disebut memainkan monopoli ketika mereka mulai membuka perkebunan pisang di Honduras, Guatemala, dan Kolombia.

Roosevelt memerangi kulit pisang sebelum jadi Presiden AS


Ketika Amerika Serikat mulai mengenal pisang dan buah eksotis itu segera populer, orang Amerika benar-benar gemar memakannya. Selain itu, harga pisang juga lebih murah dibanding dengan buah lokal yang di tanam di Amerika Utara seperti Apel dan Jeruk.

Namun saat itu kota-kota besar di AS belum memiliki ketertiban seperti saat ini. Petugas kebersihan tidak bekerja sebagaimana mestinya dan sampah menumpuk di jalanan.

Selokan-selokan di kota tersumbat, bahkan pernah diberitakan babi dan kuda mati ditinggalkan di pinggir jalanan.

Pemandangan seperti itu banyak terlihat di kota-kota AS, tak terkecuali di New York, yang ketika itu dipimpin oleh Theodore Roosevelt.

Ia menjabat sebagai Komisaris Polisi New York pada 1895 hingga 1897, dan kemudian walikota pada tahun 1899 sampai tahun 1900. Saat itu, ia menghadapi banyak masalah, termasuk kebiasaan masyarakat yang membuang kulit pisang sembarangan.

Kulit-kulit pisang yang dibuang sembarangan di trotoar New York sering menyebabkan orang terpeleset dan jatuh. Pada tahun 1894, Times pernah memberitakan "seorang pedagang kaya, berusia 75 tahun, terpeleset kulit pisang di depan rumahnya dan kaki kanannya patah di dekat pinggul."

Kejadian terpelesetnya kulit pisang itu terjadi secara berulang dan menimpa banyak orang. Kulit pisang kemudian dianggap mematikan karena pernah ada kasus seorang pekerja yang terpeleset kulit pisang di jalan dan sebuah lantas truk menabraknya hingga tewas.

Menjabat sebagai Komisaris Polisi, Roosevelt kemudian membuat peraturan tegas untuk menindak orang-orang yang membuang kulit pisang di jalanan.

Menurut Atlas Obscura, dalam salah satu pidato kepada para bawahannya, Roosevelt mengatakan kebiasaan buruk "membuang kulit pisang, terutama berkutat pada kecenderungannya untuk menjatuhkan orang dengan kekuatan yang luar biasa di trotoar yang keras" harus segera diakhiri.

Ia menerapkan denda antara satu sampai lima dolar atau kurungan penjara antara satu sampai 10 hari. Jumlah denda tersebut terhitung signifikan pada saat itu. Ia juga memperbaiki sanitasi dan memerintahkan petugas kebersihan untuk secara tertib melaksanakan tugasnya.

Memasuki abad ke-20, kota New York yang tadinya banyak disebut sebagai kota yang menjijikkan karena kotor, mulai berubah. Kota itu kemudian semakin terlihat tertib dan bersih, dengan salah satu tindakan keras Roosevelt yang memerangi kulit pisang.

Ketika sampah dan kulit pisang mulai hilang dari jalanan New York, peristiwa terpelesetnya orang yang menginjak kulit buah eksotis itu kemudian mulai memasuki era baru, yakni berada di film-film bisu sebagai bahan lelucon.

Charlie Chaplin yang legendaris itu, juga menampilkan lelucon terpeleset kulit pisang dalam beberapa filmnya.

Jangan lewatkan pula informasi menarik tentang pisang yang menjadi inspirasi musisi dalam artikel Lagu tentang Pisang jadi Inspirasi Perjuangan Buruh

Kidung Pamungkas
Kidung Pamungkas Suka membaca, suka menulis, pekerja lepas

Posting Komentar untuk "Berperang Melawan Kulit Pisang"